Lemah lembut
Sepertinya tidak ada orang yang tidak menyukai kelembutan. Orang yang
memiliki sikap lemah lembut akan disukai banyak orang. Islam sangat
menganjurkan pemeluknya untuk memiliki sikap ini, tidak hanya dalam
pergaulan sehari-hari, namun juga ketika berdakwah.
Dalam kehidupan
sehari-hari, tentu kita menemukan bermacam jenis orang yang memiliki
watak berbeda-beda dan tabiat yang beraneka ragam. Ada di antara mereka
yang bertabiat kasar, ada yang bertabiat tidak mau tahu, dan ada juga
yang bertabiat lemah lembut. Semua ini adalah pemberian Dzat Yang Maha
Mengetahui dan Mahabijaksana yang patut kita mengkaji hikmah di
dalamnya.
Dengan beragamnya tabiat dan watak itu, kita dituntut
oleh agama untuk menjadi yang terbaik dan yang terpuji, menjadi orang
yang lemah lembut dalam segala hal. Lemah lembut dalam sikap, tabiat,
watak, dalam ucapan, tingkah laku, dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ عَنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan
akan menghiasinya dan tidaklah tercabut dari sesuatu melainkan akan
merusaknya.” (Shahih, HR. Muslim dari Aisyah RA)
Ciri Khas Pengikut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Lemah lembut adalah sifat yang terpuji di hadapan Allah dan Rasul-Nya,
bahkan di hadapan seluruh manusia. Fitrah manusia mencintai kelembutan
sebagai wujud kasih sayang. Oleh karena itu, Allah mengingatkan
Rasul-Nya :
“Maka dengan rahmat Allah-lah engkau menjadi lembut
terhadap mereka dan jika engkau keras hati niscaya mereka akan lari
dari sisimu.” (QS Ali ‘Imran: 159)
Dengan rahmat Allah yang
diberikan kepadamu dan kepada para sahabatmu, engkau dapat bersikap
lemah lembut terhadap mereka, merendah hati di hadapan mereka,
menyayangi mereka, serta kebagusan akhlakmu terhadap mereka. Sehingga
mereka mau berkumpul di sisimu, mencintaimu, dan melaksanakan segala apa
yang kamu perintahkan. Jika kamu memiliki akhlak yang jelek dan keras
niscaya mereka akan menjauhimu, karena yang demikian itu akan
menyebabkan mereka lari dan menjadikan mereka murka terhadap orang yang
memiliki akhlak yang jelek tersebut.
Jika akhlak yang baik
menyertai seorang pemimpin di dunia maka akan menarik/memikat
orang-orang menuju agama Allah dan akan menjadikan mereka mencintai
agama. Bersamaan dengan itu, pemilik akhlak tersebut akan mendapatkan
pujian dan pahala yang khusus.
Jika akhlak yang jelek melekat
pada seorang pemuka agama, akan menyebabkan orang lain lari dari agama
dan akan membenci agama. Bersamaan dengan itu, dia akan mendapatkan
cercaan dan ganjaran dosa yang khusus.
Kalau demikian Allah
mengingatkan Rasul-Nya yang ma’shum (terbebas dari dosa-dosa), maka
bagaimana lagi dengan selain beliau (dari kalangan manusia)? Bukankah
termasuk kewajiban yang paling wajib untuk mengikuti akhlak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan bergaul bersama manusia sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama mereka dengan
kelemahlembutan, akhlak yang baik, kasih sayang, dalam rangka
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menarik manusia ke dalam agama
Allah?”
Di dalam kitab Bahjatun Nazhirin (1/683) disebutkan,
“(Betapa) tingginya kedudukan lemah lembut dibanding akhlak-akhlak
terpuji lainnya. Dan orang yang memiliki sifat ini pantas baginya untuk
mendapatkan pujian dan pahala yang besar dari Allah. Bila sifat lemah
lembut ini ada pada seseorang dan menghiasi dirinya maka akan menjadi
(indah) dalam pandangan manusia dan lebih dari itu dalam pandangan
Allah. Sebaliknya jika memiliki sifat yang kasar, angkuh, dan keras hati
niscaya akan menjadikan dirinya jelek dan tercela di hadapan manusia.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar