Katamu, aku terlalu banyak bertanya tentangmu belakangan ini.
Padahal, sikapmu sendiri dibelakangku yang patut dipertanyakan. Aku
sempat heran, apa yang ada dikepalamu? Ah, pasti hanya ego yang kamu
pelihara dengan baik. Sampai ia membesar, dan mengepung seluruh isi
otakmu. Mungkin, untuk sekedar memikirkan keadaan yang telah menjauh ini
pun sepertinya sulit, sebab dirimu sendiri lebih dekat bahkan akrab
dengan egomu itu.
Dasar egois! Ini memang miris, namun tetap saja rasa ini sulit ku
tepis. Apa aku harus menangis untuk keadaan yang sudah jauh dari kata
manis?
Semua telah kamu ubah. Entah kemana ucapan selamat pagimu sekarang,
entah kepada siapa kini kamu ingatkan jangan lupa makan siang, entah
bagaimana lagi aku menghapus bosan saat sore menjelang dan entahlah,
kapan lagi aku bisa mendengarmu memanggilku sayang. Bukan cinta yang
akan membunuhku, namun keadaan ini. Keadaan yang sudah telanjur mengikat
aku dengan apapun tentang kamu. Mengurungku dengan kuat, hingga aku
sendiri terperangkap dan sulit menemukan jalan keluarnya. Kamu tau kan
alasannya? Mengapa aku lebih memilih terpenjara dalam keadaan ini,
dibandingkan mengikuti angin diluar sana yang sebenarnya mampu membuatku
tertawa lepas dan bergerak bebas.
Aku memberimu hati, bukan berarti bisa kamu perlakukan dengan sesuka
hati. Sekuat - kuatnya aku bertahan, aku masih memiliki kelemahan.
Harusnya kamu mempunyai kesadaran, kesadaran akan keberadaanku.
Terkadang aku harus memalsukan senyumku, hanya untuk menutupi perasaan
yang sebenarnya. Terkadang aku harus berpura - pura tegar, hanya untuk
menyembunyikan betapa rapuhnya aku. Terkadang aku harus berlari ke balik
layar, untuk sejenak saja membebaskan air mataku… Tidak tau harus
berbuat apa, sebab apapun yang aku katakan, bahkan lakukan pasti selalu
salah. Dimana kesalahanku itu akan membuat emosimu meledak - ledak. Dan
itu sesak.
Untuk itu lebih baik aku menutup mata, daripada kubiarkan terbuka
namun berair mata. Membiasakan diri tetap berjalan, meskipun tiap
langkahku terasa begitu sakit, karena ada duri ditiap perjalananku.
Mencoba sibuk dengan duniaku, disaat mungkin aku sudah mulai terlupakan
dalam duniamu. Aku akan seperti itu, menahan luka dan mengobatinya
sendiri. Sampai akhirnya kamu menyadari semua, sebelum aku benar - benar
lelah dan pergi…
Akhir kata, seburuk apapun keadaanku sekarang ini, aku tetap mendoakanmu yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar