LELAKI YANG MENADAH GERIMIS
Semenjak terik siang itu tumbang tersungkur ketika ujung sinarnya melentur lembut dibelai lentiknya jemari petang,
Sesaat kumeragu tapi tetap kuberanikan langkah kaki menuju kearahmu, benarkah kau yang hadir menjejak nyata?
Ya akulah...., Lelaki bermata gerimis itu, yang tak lelah menanti
diatas butiran beku bebatuan harap yang mengigit telapak kaki
Sebab membilang berapa banyak senja yang terlewati pun percuma, kedua tanganku letih tak lagi mampu menyimpul makna
Ditanganku tergenggam sehimpun duri yang bisanya mengantar gigil menerkam punggung dan mengalir menghunjam lutut
Ya akulah...., yang telah meluruh menjadi hujan yang melelehkan warna saga dilangit menggenangi beningnya danau hati
Dan mengaduk pusaran samudra rasa saat angin menabuh gemuruh merentak tarian badai
Bila harus mencarimu dalam senja begini, tak mengapa, meski harus digulung kabut hujan yang tak kunjung usai
Karena disetangkup tanganmu tergenang sebuah wajah lara yang kesepian, wajah kerinduanku...
Kau lelaki....
Yang berbusana puisi tentang rindu, merengkuh detak yang mengaliri merahku dengan kehalusan kasih yang melubuk jantung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar