Sabtu, 04 Mei 2013

HUJAN, AKU RINDU RINTIK KESAKITANMU

“Aku menerka-nerka, engkau menduga-duga, sedangkan cinta; tak tersentuh kedalamannya.”
HUJAN:
Ada yg ingin disampaikan hujan, pada sunyi yang menggigil sendirian, bukan tentang kehilangan; tapi tentang airmata yg tak pernah tahu untuk apa ia diteteskan.
KESETIAAN:
“Adakah yang lebih menyedihkan, selain nasib sebuah saputangan, yang tak pernah bisa menghapus kepedihan?”
HUJAN:
Sebuah kepergian, mencoba menafsirkan arti rinai hujan, kesedihan; kadang lebih tenteram dalam kesendirian.
KESETIAAN:
“Mungkin, mencintai kebahagiaan, ialah menyerahkan kesetiaan pada masa silam”
HUJAN:
Ada yang coba diingatkan hujan pada masa silam; kadang, kehilangan akan membuat cinta lebih bijak terhadap sebuah kebahagiaan.
KESETIAAN:
“Tak apa-apa, takdir tak lagi memihak kita. Duka, lebih tahu: tangan siapa yang mampu merawatnya”.
HUJAN:
Pada hujan yang menitikkan kesedihan; bumi menuliskan puisi kehilangan.
KESETIAAN:
“Seringkali, kesedihan lebih abadi dalam ingatan, dibandingkan kebahagiaan”
HUJAN:
Ada yang coba disampaikan hujan pada kesedihan, pada kesunyian, pada kesendirian, pada kesetiaan, pada masa silam; entah apa, cinta pun tak pernah mau (dan mampu) memahaminya.
KESETIAAN:
“Seperti rintik hujan; barangkali, kepedihan ialah cara melepaskan kebahagiaan dengan pelan-pelan.”
Kepada hujan yang meneteskan kesedihan, terima kasih telah mengajari hidup dan cintaku arti ketabahan.
“Mungkin, Hujan adalah cara Tuhan merawat kesetiaan pada masa silam.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar