Minggu, 17 Februari 2013

10 CARA BAGAIMANA UNTUK MENDAPAT KETENANGAN JIWA

Sahabat-sahabat para pembaca semua. Dalam artikel kali ini, saya ingin berbagi dengan anda, 10 Cara Bagaimana Untuk Mendapat Ketenangan Jiwa, khusus bagi mereka yang merasakan hidup mereka tidak tenteram dan tidak tenang.
Ketahuilah bahwa, agama kita, ISLAM memberikan obat dan penawar dalam merawat ketenangan. Berikut adalah perkara-perkara atau langkah yang bisa dilakukan untuk mendapat ketenangan jiwa.

1. Membaca dan mendengarkan al-Quran
Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat utama Rasulullah. Dia mengeluh:
“Wahai Ibnu Mas’ud, nasihatilah aku dan berilah obat bagi jiwaku yang gelisah ini. Seharian hidupku penuh dengan perasaan tidak tenteram, jiwa gelisah dan fikiranku kusut. Makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.”
Ibnu Mas’ud menjawab: “Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat.
Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya.
Kedua, engkau pergi ke majlis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah.
Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi. Di sana, engkau bertafakur mengabdikan diri kepada Allah. Nasihat sahabat Nabi itu segera dilaksanakan orang itu.
Apabila sampai di rumah, segera dia berwuduk kemudian diambilnya al-Quran dan dibacanya dengan penuh khusyuk. Selesai membaca, dia mendapati hatinya bertambah tenteram dan jiwanya tenang, fikirannya segar, hidupnya terasa baik kembali.
Padahal, dia baru melaksanakan satu dari tiga nasihat yang disampaikan sahabat Rasulullah itu.

2. Menyayangi orang miskin
Rasulullah memerintahkan kepada Muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin.
Ternyata, sikap dermawan itu bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Mengapa? Dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa malaikat selalu mendoakan orang yang dermawan:
“Setiap pagi hari dua malaikat senantiasa mendampingi setiap orang. Salah satunya mengucapkan doa: Ya Allah! Berikanlah balasan kepada orang yang berinfak. Dan malaikat yang kedua pun berdoa: Ya Allah! Berikanlah kepada orang yang kikir itu kebinasaan.”
Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang dermawan itu akan memperoleh dua balasan.
Pertama, dia mendapat ganjaran atas apa yang diberikannya kepada orang lain.
Kedua, mendapatkan limpahan ketenangan jiwa dan belas kasihan dari Allah.

3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat ke atas
Ketenangan jiwa akan diperoleh jika kita senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah meskipun tampak sedikit.
Rasa syukur itu akan muncul apabila kita senantiasa melihat orang yang keadaannya lebih rendah dari kita, baik dalam hal harta, kesehatan, rupa, pekerjaan dan pemikiran.
Betapa banyak di dunia ini orang yang kurang beruntung. Rasa syukur itu selain mendatangkan ketenangan jiwa, juga ganjaran dari Allah.

4. Menjaga silaturahim
Manusia adalah makhluk yang perlu menjalinkan hubungan yang baik dengan manusia lain. Pelbagai keperluan hidup takkan mungkin bisa diraih tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Dalam hadis Rasulullah diperintahkan untuk tetap menjalin silaturahim sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan kepada kita. Rasulullah bersabda bahwa silaturahim dapat memanjangkan umur dan mendatangkan rezeki.
Hubungan yang baik di dalam keluarga, mahupun dengan tetangga akan menciptakan ketenangan, kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan meleraikan sifat dengki, buruk sangka, iri hati, besar diri dan sebagainya.

5. Banyak mengucapkan “La hawla wa la quwwata illa billah“
Sumber ketenangan jiwa yang hakiki bersumber dari Allah. Oleh itu, hendaklah kita selalu menghadirkan Allah dalam segala keadaan, baik dalam keadaan senang ataupun susah.Kuatnya hubungan kita dengan Allah akan membuatkan jiwa seseorang itu menjadi kuat, tidak mudah goyah. Apabila kita lalai mengingati Allah, maka ia membuka peluang bagi syaitan mempengaruhi fikiran kita.

6. Mengatakan yang haq (benar) sekalipun pahit
Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada di atas jalan kebenaran. Kebenaran harus diperjuangkan.Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan tercapai apabila kita tidak melanggar nilai kebenaran.
Sebaliknya, pelanggaran terhadap kebenaran akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Lihat saja orang yang kerap melakukan maksiat dalam hidupnya, mereka akan berasa gelisah walaupun nampak senang dan ceria.

7. Tidak ambil peduli terhadap celaan orang lain asalkan yang kita lakukan benar karena Allah
Salah satu faktor yang membuat jiwa seseorang tidak tenang adalah karena selalu mengikuti penilaian orang terhadap dirinya.
Seorang akan memiliki pendirian kuat jika berpegang kepada prinsip yang datang dari Allah.

8. Tidak meminta kepada orang lain
“Tangan di atas (memberi) lebih mulia dari tangan di bawah” adalah hadis Rasulullah yang merangsang setiap mukmin untuk hidup berdikari.
Tidak bergantung dan meminta-minta kepada orang lain karena orang yang berdikari jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan.
Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah.

9. Menjauhi hutang
Dalam sebuah hadis, Rasulullah dengan tegas mengatakan:
“Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasakan ketenangan!”
Sahabat bertanya: “Bagaimana bisa terjadi seperti itu!”
Sabdanya: “Karena hutang.”
Begitulah kenyataannya. Orang yang berhutang akan senantiasa dihantui ketakutan karena dia dikejar-kejar untuk segera membayarnya.
Inilah salah satu faktor yang membuat ramai orang mengalami tekanan jiwa. Rasulullah juga mengatakan:
“Hendaklah kamu jauhi hutang karena hutang itu menjadi beban fikiran di malam hari dan rasa rendah diri di siang hari.”

10. Selalu berfikir positif
Mengapa seseorang mudah berasa tertekan? Salah satu faktornya karena dia selalu dibayangi fikiran negatif, selalu mencela dan menyesali kekurangan diri.
Padahal, kita diberikan Allah pelbagai kelebihan. Ubahlah fikiran negatif itu menjadi positif. Ubahlah ungkapan keluh kesah yang membuat muka berkerut, badan lemas, ubahlah dengan ungkapan senang.
Bukankah di sebalik kesulitan dan kegagalan itu ada hikmah yang bisa jadi pengajaran?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar