13 Hal Yang Disukai Pria Dari Wanita
Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan
penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati
manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta
seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.
Rasa cinta bisa menjadi anugerah jika luapkan sesuai dengan bingkai
nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke
jurang kenistaan bila diumbar demi kesenangan semata dan dikendalikan
nafsu liar.
Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi
koridor bagi penyaluran fitrah ini. Apalagi cinta yang kuat adalah salah
satu energi yang bisa melanggengkan hubungan seorang pria dan wanita
dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Karena itu, seorang pria shalih
tidak asal dapat dalam memilih wanita untuk dijadikan pendamping
hidupnya.
Ada banyak faktor yang bisa menjadi sebab munculnya
rasa cinta seorang pria kepada wanita untuk diperistri. Setidak-tidaknya
seperti di bawah ini.
1. Karena akidahnya yang Shahih
Keluarga adalah salah satu benteng akidah. Sebagai benteng akidah,
keluarga harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika rapuh,
maka rusaklah segala-galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin
selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang bisa membantu seorang
lelaki menjaga kekokohan benteng rumah tangganya adalah istri shalihah
yang berakidah shahih serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai
madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.
Allah
menekankah hal ini dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)
2. Karena paham agama dan mengamalkannya
Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita. Ada yang
karena kemolekannya semata. Ada juga karena status sosialnya. Tidak
sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tapi, kata
Rasulullah yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang
faqih dalam urusan agamanya. Itulah wanita dambaan yang lelaki shalih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi karena
empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita shalihah),
kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. juga
menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling
baik adalah wanita yang shalihah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita shalihah.
3. Dari keturunan yang baik
Rasulullah saw. mewanti-wanti kaum lelaki yang shalih untuk tidak asal
menikahi wanita. “Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya,
“Apakah rumput hijau sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita
yang baik tetapi tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan
Ibnu ‘Adi)
Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada
kaum lelaki yang beriman untuk selektif dalam mencari istri. Bukan saja
harus mencari wanita yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang
punya paman dan saudara-saudara yang baik kualitasnya. “Pilihlah yang
terbaik untuk nutfah-nutfah kalian, dan nikahilah orang-orang yang
sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah (wanita-wanitamu) kepada mereka
(laki-laki yang sepadan),” kata Rasulullah. (Ibnu Majah, Daruquthni,
Hakim, dan Baihaqi).
“Carilah tempat-tempat yang cukup baik
untuk benih kamu, karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai
paman-pamannya,” begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di
dalam “kamar” yang shalih, karena perangai orang tua (keturunan) itu
menurun kepada anak.” (Ibnu ‘Adi)
Karena itu, Utsman bin Abi
Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati anak-anaknya agar memilih benih yang baik
dan menghindari keturunan yang jelek. “Wahai anakku, orang menikah itu
laksana orang menanam. Karena itu hendaklah seseorang melihat dulu
tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang sekali melahirkan
(anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”
4. Masih gadis
Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat
alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan
bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan
perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena
tidak pernah dibagi dengan orang lain, kecuali suaminya.
Karena
itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis. “Hendaklah
kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya,
lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah
menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah dan Baihaqi.
Tentang hal ini A’isyah pernah
menanyakan langsung ke Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, bagaimana
pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu pada lembah itu ada
pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon yang sudah pernah
digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?” Nabi
menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.” Lalu A’isyah berkata,
“Itulah aku.”
Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang
kuat dan mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi
tertentu menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang
gadis. Ini terjadi pada kasus seorang sahabat bernama Jabir.
Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya
Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya
Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab,
“Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling
mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku
telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena
itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda,
“Engkau benar, insya Allah.”
5. Sehat jasmani dan penyayang
Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki datang menghadap Nabi
saw. seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang
baik dan cantik, namun ia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku
menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap
Nabi saw. untuk kedua kalinya, dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya.
Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda,
“Nikahilah wanita yang banyak anak, karena sesungguhnya aku akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu
Dawud dan Nasa’i).
Karena itu, Rasulullah menegaskan,
“Nikahilah wanita-wanita yang subur dan penyayang. Karena sesungguhnya
aku bangga dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan
An-Nasa’i)
6. Berakhlak mulia
Abu Hasan Al-Mawardi
dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip perkataan Umar bin Khattab tentang
memilih istri baik merupakan hak anak atas ayahnya, “Hak seorang anak
yang pertama-tama adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan
pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Yaitu seorang wanita
yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai
mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mentalitas
yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”
7. Lemah-lembut
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya
Allah itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah
menunjukkan mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain
disebutkan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga,
maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”
8. Menyejukkan pandangan
Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian
tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Yaitu) wanita
shalihah adalah wanita yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan,
jika diperintah ia mentaatinya, dan jika suaminya meninggalkannya ia
menjaga diri dan harta suaminya.” (Abu daud dan An-Nasa’i)
“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar cintanya,
pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap
suaminya, pesolek bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat
kepada ucapan dan perintah suaminya dan bila berdua dengan suami dia
pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya serta tidak berlaku seolah
seperti lelaki terhadap suaminya,” begitu kata Rasulullah saw. lagi.
Maka tak heran jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal
kepada putrinya yang hendak menikah. “Engkau akan keluar dari kehidupan
yang di dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat
tidur, di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu
menyayangimu. Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana
langit. Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan
menjadi penyangga bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budah
perempuan, maka ia akan menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu
menutupi diri darinya, akibatnya ia bisa melemparmu. Jangan pula kamu
menjauhinya yang bisa mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekat
kepadamu, maka kamu harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka
hendaklah kamu menjauh darinya. Janganlah kami menilainya kecuali dalam
hal-hal yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu
menyimak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan pandangan
yang menyejukan.”
9. Realistis dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajiban
Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang
lelaki shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan
yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima
pemberian suami. “Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia
bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bisa
memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.” Karena itu tak heran
jika acapkali melepas suaminya di depan pintu untuk pergi mencari
rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang
haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak sanggup
menahan panasnya api jahanam.”
Kata Rasulullah, “Istri yang
paling berkah adalah yang paling sedikit biayanya.” (Ahmad, Al-Hakim,
dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)
Tapi, “Para wanita mempunyai hak
sebagaimana mereka mempunyai kewajiban menurut kepantasan dan
kewajaran,” begitu firman Allah swt. di surah Al-Baqarah ayat 228.
Pelayanan yang diberikan seorang istri sebanding dengan jaminan dan
nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada para suami,
“Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti yang kau
tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.” (At-Thalaq:
6)
10. Menolong suami dan mendorong keluarga untuk bertakwa
Istri yang shalihah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang bisa
kita jadikan tabungan di dunia dan akhirat. Iman Tirmidzi meriwayatkan
bahwa sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina
yaknizuna… (orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak
menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bersama Rasulullah saw.
dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian dari sahabat berkata, “Ayat ini
turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami tahu ada harta yang lebih
baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang
lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan
istri shalihah yang akan membantu seorang mukmin untuk memelihara
keimanannya.”
11. Mengerti kelebihan dan kekurangan suaminya
Nailah binti Al-Fafishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda yang
dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar 80
tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Apakah kamu senang dengan ketuaanku
ini?” “Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,” jawab
Nailah. “Tapi ketuaanku ini terlalu renta.” Nailah menjawab, “Engkau
telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw. dan itu lebih aku
sukai dari segala-galanya.”
12. Pandai bersyukur kepada suami
Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada seorang
istri yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia
sangat membutuhkannya.” (An-Nasa’i).
13. Cerdas dan bijak dalam menyampaikan pendapat
Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah? Setelah
Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan
para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur, lalu
menyiapkan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat
tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang
sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.
Rasulullah saw.
menemui Ummu Salamah dan berkata, “Orang Islam telah rusak, wahai Ummu
Salamah. Aku memerintahkan mereka, tetapi mereka tidak mau mengikuti.”
Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah
mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di
hadapan mereka Rasul merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah
Rasul, temui mereka, sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak
ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul
kerjakan.”
Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar,
bercukur, menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat
meniru apa yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkah dari wanita cerdas
lagi bijak dalam menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut
mendapat cinta dari seorang lelaki yang shalih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar