Minggu, 24 Februari 2013

Aku Bukan Pecundang Sayang

Didihan darah merah magenta
warnanya berubah pekat
seiring rasa yang semakin sekarat
tak mungkin lagi dapat melekat

kuhalau hingar yang membuatku nanar
seiring wangi kamboja yang kau siram
harumnya menusuk nadi hati
anyir bagai raga mati

''aku bukan pecundang ,sayang . . .''
sengaja menghilang dari jejak
yang tak ingin engkau pijak
lepaskan selongsong kemunafikan
dari laju yang tak dapat terelakkan

'' aku bukan pecundang, , sayang . . .''
Mengawali lantas mengakhiri
tanpa kata tanpa cerita
menoreh luka derita
dari sebuah podium berlaga

Ingin saja kukebiri rasa
hingga atma membujur lajur
semua telah terlanjur
pecah berpuing hancur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar