Aku Bukan Pecundang Sayang
Didihan darah merah magenta
warnanya berubah pekat
seiring rasa yang semakin sekarat
tak mungkin lagi dapat melekat
kuhalau hingar yang membuatku nanar
seiring wangi kamboja yang kau siram
harumnya menusuk nadi hati
anyir bagai raga mati
''aku bukan pecundang ,sayang . . .''
sengaja menghilang dari jejak
yang tak ingin engkau pijak
lepaskan selongsong kemunafikan
dari laju yang tak dapat terelakkan
'' aku bukan pecundang, , sayang . . .''
Mengawali lantas mengakhiri
tanpa kata tanpa cerita
menoreh luka derita
dari sebuah podium berlaga
Ingin saja kukebiri rasa
hingga atma membujur lajur
semua telah terlanjur
pecah berpuing hancur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar