Kamis, 14 Februari 2013

KISAH YANG MENYeNTUH HATI

Suatu pagi seorang perempuan gelandangan yang buta matanya beserta anak perempuan tunggalnya yang berumur 6 tahun duduk dipinggir jalan di sebuah keramaian kota. Dengan sisa kesehatan yang ia miliki sang ibu terus bertahan hidup selaras dengan terus menjalarnya kanker ganas di ke dua paru-parunya yang ia derita selama lebih dari dua tahun.

Sang ibu berusaha selalu tersenyum kepada anak tunggalnya...itu disaat ia berbicara kepada sang ibu, agar bidadari kecilnya itu dapat tumbuh dengan senang dan sehat tanpa terbebani oleh penyakit ibunya. Sang ibu selalu memberi senyuman kepada sang anak walaupun si bocah belum tentu menatap wajah si ibu. Ia tidak mau berbagi duka kepada anaknya. Namun bocah kecil itu mulai merasakan kepayahan ibunya dikala sang ibu mulai mengeluarkan darah dari mulutnya pada saat batuk. Sang bocah perempuan tersebut mulai gelisah dan mengerti keadaan ibunya yang sebenarnya. Dengan bergegas sang anak menuntun sang ibu untuk memeriksa kesehatannya dan berobat ke sebuah rumah sakit terdekat sejauh 1 km. Dengan begitu setianya sang anak perempuan kecil itu terus menuntun dan menuntun ibu tercintanya menuju rumah sakit agar kesembuhan bisa didapati oleh sang ibu.

Setibanya di rumah sakit si wanita buta itu diperiksa oleh dokter ahli paru-paru namun beliau tidak mendapatkan obat dari dokter ..... tetapi sang dokter hanya berkata, "penyakit kanker paru-paru yang ibu derita sudah terlalu parah, hanya keajaiban yang mampu menyelamatkan anda". Si anak hanya dapat mendengar kalimat yang diucapkan oleh dokter tetapi ia tidak mengerti maksud dari ucapannya itu. Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan Rumah Sakit tersebut.

Sejak hari itu dengan seizin ibunya, bocah perempuan yang berpakaian kumal hampir setiap hari ia selalu meninggalkan sang ibu untuk mencari dan membeli obat ke banyak apotik.

Setiap kali ia mendatangi apotik yang berbeda, anak perempuan itu selalu bertanya kepada sang apoteker dengan pertanyaan yang sama, yaitu :

Sang anak : "Permisi ibu ..... apakah ibu menjual keajaiban ?". Sang apoteker pun dibuatnya bingung sebab pertanyaan bocah perempuan tersebut.

Apoteker : "Mengapa kamu mencari sebuah keajaiban, nak ?”, tanya sang apoteker.

Sang anak : "Karena seorang dokter berkata kepada ibuku .... hanya keajaibanlah yang dapat menyelamatkan ibuku".

Sang anak : "Apakah saya dapat membelinya (keajaiban) diapotik ini", sambil menunjukkan 3 lembar uang kertas dan beberapa uang recehan di kedua genggaman tangan mungilnya.

Apoteker : "Sakit apa ibumu, nak ?", sang apoteker menunjukkan perhatiannya dengan berlutut sambil memegang kedua tangan sang bocah.

Sang anak : "Kanker paru-paru, dan hanya keajaiban sebagai obatnya menurut dokter ", jawab sang bocah.

Apoteker : "Bersabarlah kamu nak", sambil menangis sang apoteker memeluk bocah perempuan kecil itu.

Sang anak : "Sudah banyak orang seperti ibu yang memeluk diriku di setiap apotik yang aku datangi tetapi tidak ada satu pun diantara mereka yang bisa memberikan aku sebuah keajaiban. Yang aku butuhkan adalah sebutir obat keajaiban, bukan sebuah pelukan. Hatiku tidak bisa tenang melihat ibuku dalam keadaan payah sebab penyakitnya walupun seluruh penduduk di kota ini memeluk diriku. Hanya pelukan ibuku yang bisa membuatku tenang dan terlelap tidur. Ibu .... tolong berikan aku obat keajaiban .... satu butir saja .... dan ambillah uang yang ada di genggamanku ini !".

Apoteker : "Maaf nak, ibu tidak menjual obat yang satu itu". Sang apoteker terus berlinangan air mata di kedua pipinya dan terus bertanya ……

Apoteker : “Dimana rumahmu, nak ?”

Sang anak : “Dimana pun ibuku berada .... disitulah rumahku !”, jawab sang anak. Kemudian ia pergi meninggalkan apotik.

Sebab jawaban anak kecil itu sang wanita apoteker menjadi terperanjat. Wanita itu terus mengikuti kemanapun sang bocah melangkah hingga pada suatu tempat bocah kecil itu merapat dipelukan ibunya yang buta dan langsung tertidur pulas.

Dengan kejadian pada hari itu, sang wanita apoteker terus mendatangi tempat bocah kecil beserta ibunya bekumpul setiap hari minggu dan melihat mereka berdua dari kejauhan. Hingga 2 bulan kemudian ia menjumpai sang bocah perempuan tersebut ditempat yang sama tanpa ibunya. Ia duduk sendiri dan menangis sambil memeluk dadanya dalam-dalam dengan menyilangkan ke dua tangannya di dadanya. Wanita apoteker itu akhirnya mendekatinya dan berkata ……

Apoteker : “Hai manis ….. masih ingatkah kamu padaku ?”, tanya wanita itu.

Sang anak : Ia hanya menatap wanita itu dan menggelengkan kepala.

Apoteker : “Dimana ibumu, nak ?”

Sang anak : “Di dalam hatiku !”, jawab sang anak sambil memeluk terus dadanya.

Apoteker : “Apa maksudmu, nak ?”, tanya wanita itu.

Sang anak : “Ibuku telah meninggal dunia 2 hari yang lalu. Ia selalu membuat hatiku tenang dan tertidur pulas dalam pelukannya. Kini giliranku memeluknya di dalam hatiku agar ia tertidur lelap dan tenang selamanya dalam benakku. Sulit bagiku untuk melupakannya, karena senyumannya …. ia adalah wanita yang paling cantik dalam hidupku”, jawab sang anak.

Teman ….. dari kisah di atas kita dapat memetik sebuah pelajaran.

Seorang ibu yang buta matanya dan tidak dapat melihat siapapun disekitarnya, tetapi ia bisa memberi senyuman setiap saat kepada anaknya. Di sisi lain banyak ibu yang bisa melihat siapapun disekitarnya, namun jarang sekali memberi senyuman pada anak-anaknya dan bahkan selalu memarahi mereka.

Seorang ibu yang tidak bisa memberi rumah secara lahiriah bagi anaknya, namun ia bisa memberikan rumah batin bagi anaknya. Di sisi lain banyak ibu yang sanggup memberi rumah secara lahiriah bagi anak-anaknya tetapi ia tidak bisa menjadi tempat ketenangan batin bagi anak-anak mereka.

Semoga ibu kita bisa menjadi rumah batin bagi kita semua anak-anaknya …… amiin.

Teman …… mulailah kedamaian hati dengan memberi senyuman dan berlisan yang penuh kesantunan kepada siapapun !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar